LAPORAN STUDI
Perencanaan Konservasi Percandian Di Kawasan padang Lawas Kabupaten Padang Lawas dan Padang Lawas Utara Sumatera Utara : Candi Bahal I, Candi Bahal II, Candi Bahal III, Candi Pulo, Candi Sipamutung, Candi Tandihat I
Candi Bahal I, Bahal II, Baha III, dan Sipamutung telah dipugar dan arsitektur candi masih berdiri dengan cukup stabil. Secara umum tidak terdapat kerusakan struktur pada keempat candi tersebut. Kerusakan struktur yang teridentifikasi adalah retakan tang terjadi karna pemugaran yang telah dilakukan tidak membongkar bilik dalam, sehingga retakan yang ada pada bilik dalam masih ada. Dinding luar juga mengalami keretakan karna reganganya beberapa bagian bata untuk mempertahankan dimensi bangunan. Keretakan tersebut meskipun merupakan keretakan struktur tidak membahayakan karna telah ada sejak pemugaran. Usaha yang dilakukan saat itu adalah dengan kamuflase meskipun saat ini klamufase saat ini telah hilang. Informasi yang telah digali dari juru pelihara dan juru gambar yang terlibat saat pemugaran menyebutkan bahwa keretakan tidak bertambah sejak pemugaran hingga saat ini. Sehingga secara struktural keseluruhan candi tidak mengalami permasalahan.
Permasalahan yang dihadapi semua candi adalah kodisi material yang mengalami pelaoukan. Bata merupakan material buatan yang berasal dari pembakaran tanah liat. Bata bersifat porous atau berpori dengan kekerasan yang relatif tidak terlalu tinggi dibanding batuan alam. Sifat berpori dan kurang keras inirawan terhadap pelapukan oleh pengaruh lingkungan.
Candi-candi di kawasan padang lawas sebagaimana candi-candi pada umumnya berada di lingkungan secara terbuka sehingga langsung berhubungan dengan panas matahari, hujan, dan angin. Sebagai material porous air mudah meresap dalam bata dan menyebabkan bata menjadi lembab. Air juga dapat bergerak secara kapilarisasi dalam material. pergerakan air dalam dalam bata dapat menyebabkan terjadinya reaksi pelapukan. Adanya air juga dapat menyebabkan bata menjadi lembab dan menjadi media yang baik bagi tumbuhnya jasad, antara lain lumut, algae/ganggang, rumput, paku-paku, serta tumbuhan lainya. Jasad hidup tersebut dapat menutup permukaan bata dan akar-akarnya dapat merusak material bata. Pengamatan langsung di lapangan dilaksanakan pada musim kemarau sehingga pertumbuhanya tidak dalam kondisi puncak. Tetapi pertumbuhanya masih dapat dengan mudah ditemukan, meskipun ganggang dan lumut telah berubah warna menjadi hitam karna kering.
LS0548 | LS 930.1 PER p | Perpustakaan Balai Konservasi Borobudur | Available |
LS0613 | LS 930.1 PER p | Perpustakaan Balai Konservasi Borobudur | Available |
LS0816 | LS 930.1 PER p | Perpustakaan Balai Konservasi Borobudur | Available |
No other version available