LAPORAN STUDI
Kajian studi terapan pada temuan ekskavasi di situs bencana vulkanik tambora NTB dan Liyangan Jawa Tengah
Situs Tambora dan Situs Liyangan adalah situs arkeologi yang dinilai mempunyai banyak kemiripan apabila didasarkan pada artefak yang ditemukan. Kemiripan tersebut diantaranya adalah kedua situs tersebut sama-sama terkena dampak dari aktivitas vulkanisme yang disebabkan oleh erupsi gunung api yaitu Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat dan Gunung Sindoro di Kab. Temanggung, Jawa Tengah. Selain itu, Situs Tambora dan Situs Liyangan sama-sama memiliki tinggalan artefak yang terawetkan dalam bentuk arang, yang merupakan artefak penting dan harus diawetkan. Situs Liyangan merupakan satu-satunya situs arkeologi Hindhu/Budha yang berupa permukiman dari abad VII-X M, sedangkan Situs Tambora juga merupakan situs permukiman dari tahun 1815 yang menjadi bukti kedahsyatan erupsi gunungapi terbesar sepanjang sejarah.
Penanganan konservasi bertujuan untuk memperkuat (konsolidasi) material arang dan melakukan perbaikan kerusakan pada artefak arang, sehingga artefak arang dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama. Metode konservasi yang diuji dalam kajian ini adalah konsolidasi dengan menggunakan bahan Paraloid B-72 dan larutan PEG. Kajian ini juga berusaha mengkaji analisis jenis kayu yang telah menjadi artefak arang.
Beberapa bahan konsolidan dapat diterapkan pada konservasi material arang. Bahan yang telah diuji adalah Paraloid B-72 dengan pelarut etil asetat. Metode ini cukup efektif dan mudah diaplikasikan di lapangan. Bahan lain yang dapat dipergunakan adalah larutan PEG. Pada dasarnya aplikasi dengan PEG harus dengan cara rendam, namun cara tersebut dapat dimodifikasi secara efektif dengan pengeringan lambat dalam container box. Proses ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus dilakukan pengolesan secara terus menerus. Hasil yang diperoleh memuaskan, yaitu material arang menjadi awet, tidak rapuh, dan cukup keras, tetapi kenampakan material sangan alami menyerupai kondisi asli temuan arang. Metode sayatan tipis dapat dipergunakan untuk mengamati bentuk sel dan organ dalam kayu. Cara penyayatan sampel arang sangat sulit dibanding dengan kayu, karena sudah rapuh
LS0666 | LS 930.1 CAH k | Perpustakaan Balai Konservasi Borobudur | Available |
LS0828 | LS 930.1 CAH k | Perpustakaan Balai Konservasi Borobudur | Available |
No other version available